Mengelola keuangan pribadi bukan sekadar tentang menabung sebagian dari pendapatan setiap bulan. Ada banyak aspek lain yang perlu diperhatikan agar kondisi keuangan tetap sehat dan berkembang. Sayangnya, masih banyak orang yang tanpa sadar melakukan kesalahan yang bisa berdampak panjang terhadap stabilitas finansial mereka. Misalnya belanja sesuka hati, belanja saat stress atau FOMO, bahkan menghabiskan uang tanpa mencatatnya.
Nah, agar tetap #BijakNgaturDuit, yuk kenali 7 kesalahan mengatur keuangan pribadi yang sering terjadi dan bagaimana cara menghindarinya!
7 Kesalahan Keuangan Pribadi
Berikut ini 7 kesalahan keuangan pribadi yang sering terjadi oleh sebagian pemula, yuk simak lengkapnya sampai akhir ya!
1. Tidak Membuat Anggaran Bulanan
Salah satu kesalahan paling umum dalam mengelola keuangan pribadi adalah tidak memiliki anggaran yang jelas. Banyak orang hanya mengandalkan ingatan atau estimasi dalam mengatur pengeluaran, tanpa mencatat secara rinci ke mana uang mereka pergi setiap bulan.
Mengapa ini berbahaya?
Tanpa anggaran yang jelas, kita cenderung mengeluarkan uang lebih besar dari yang seharusnya. Pada akhirnya, keuangan menjadi tidak terkendali dan tujuan finansial sulit tercapai.
Solusi yang bisa kamu lakukan:
Mulailah dengan membuat anggaran sederhana. Catat seluruh sumber pendapatan, lalu alokasikan untuk kebutuhan pokok, tabungan, investasi, dan hiburan. Gunakan aplikasi keuangan pribadi untuk memudahkan pencatatan dan pemantauan.
2. Tidak Memiliki Dana Darurat
Dana darurat sering kali dianggap remeh, padahal keberadaannya sangat penting.
Ketika menghadapi kejadian tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, kecelakaan, atau biaya medis mendadak, banyak orang akhirnya harus berutang karena tidak memiliki cadangan dana.
Mengapa ini berbahaya?
Tanpa dana darurat, satu kejadian tak terduga bisa mengacaukan seluruh perencanaan keuangan pribadi. Kamu jadi memiliki utang tambahan sehingga bisa merusak cashflow-mu padahal pendapatanmu masih di nominal yang sama.
Solusi yang bisa kamu lakukan:
Siapkan dana darurat secara bertahap. Idealnya, dana darurat minimal setara dengan 3–6 kali pengeluaran bulanan. Mulailah menyisihkan sebagian kecil dari penghasilan setiap bulan secara konsisten. Kembali lagi ke peraturan awal yakni menerapkan pembagian keuangan jadi living, saving, dan playing. Mudah, bukan?
3. Gampang Terjebak Utang Konsumtif
Kebiasaan sekaligus kesalahan keuangan yang sering terjadi adalah menggunakan kartu kredit atau paylater. Kemudahan menggunakan kartu kredit atau layanan paylater sering kali membuat orang terlena. Mereka membeli barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan hanya demi kepuasan sesaat. Hal ini dikarenakan diskon pengguna kartu kredit atau paylater, cashback dan lain sebagainya.
Mengapa ini berbahaya?
Utang konsumtif yang tidak dikontrol bisa membebani keuangan pribadi dalam jangka panjang, apalagi jika bunga utangnya tinggi.
Solusi yang bisa kamu lakukan:
Gunakan utang secara bijak. Pastikan utang hanya digunakan untuk kebutuhan produktif atau mendesak, dan selalu bayar tagihan tepat waktu agar terhindar dari denda dan bunga tambahan.
4. Menunda Investasi
Banyak orang berpikir, “Nanti saja investasinya, kalau gajinya sudah naik.” Padahal, semakin cepat kita mulai berinvestasi, semakin besar peluang untuk mendapatkan keuntungan dari efek compounding. Contoh yang terjadi saat ini harga emas makin tinggi dan banyak orang yang berbondong-bondong untuk membeli emas.
Mengapa ini berbahaya?
Menunda investasi berarti menunda kesempatan memperbesar aset. Akibatnya, kita mungkin harus bekerja lebih keras di masa depan untuk mengejar ketertinggalan, sama seperti kasus pembelian emas yang sedang ramai terjadi pasca lebaran saat ini.
Solusi yang bisa kamu lakukan:
Setelah menyadari hal ini, apa yang bisa kamu lakukan? Mulailah investasi sejak dini, meski dengan nominal kecil. Sesuaikan instrumen investasi dengan profil risiko, misalnya reksa dana pasar uang, obligasi, logam mulia atau saham.
5. Gaya Hidup Lebih Besar dari Pendapatan
Ternyata istilah “besar pasak daripada tiang” masih relevan sampai sekarang. Banyak orang meningkatkan gaya hidupnya seiring naiknya pendapatan, tanpa memperhitungkan tabungan atau investasi. Hal ini menyebabkan pemborosan, pengeluaran membengkak, hingga mengorbankan dana darurat.
Mengapa ini berbahaya?
Kalau pengeluaran selalu mengikuti (atau bahkan melebihi) kenaikan pendapatan, seberapa pun besarnya penghasilan, tetap saja tidak akan pernah cukup.
Solusi yang bisa kamu lakukan:
Hal yang bisa kamu lakukan adalah dengan mengendalikan gaya hidup dan tetap berpegang pada prinsip keuangan sehat. Terapkan aturan 50/30/20: 50% untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan, dan 20% untuk tabungan dan investasi.
6. Tidak Punya Tujuan Keuangan yang Jelas
Mengatur keuangan tanpa tujuan ibarat berjalan tanpa arah. Banyak orang menabung atau berinvestasi, tetapi tidak tahu sebenarnya untuk apa dan kapan ingin mencapainya.
Mengapa ini berbahaya?
Tanpa target yang jelas, kita lebih mudah tergoda untuk menggunakan uang di luar rencana.
Solusi yang bisa kamu lakukan:
Tentukan tujuan keuangan spesifik, terukur, dan berbatas waktu. Misalnya, “Mengumpulkan dana Rp100 juta untuk DP rumah dalam 3 tahun,” atau “Menyiapkan dana pendidikan anak sebesar Rp200 juta dalam 10 tahun.”
7. Malas Meningkatkan Literasi Keuangan
Di era digital, informasi tentang keuangan pribadi tersedia luas. Namun, masih banyak yang malas belajar dan hanya mengandalkan asumsi atau nasihat dari orang lain tanpa memverifikasi kebenarannya.
Mengapa ini berbahaya?
Minimnya pengetahuan membuat kita rentan terhadap penipuan investasi bodong, salah memilih produk keuangan, atau mengambil keputusan finansial yang tidak tepat.
Solusi yang bisa kamu lakukan:
Luangkan waktu untuk belajar keuangan secara rutin. Ikuti seminar, baca buku, dengarkan podcast keuangan, atau rutin membaca artikel terpercaya seperti di NgaturDuit.
Takeaways yang Mesti Kamu Ingat
Menghindari 7 kesalahan mengatur keuangan pribadi ini adalah langkah awal untuk membangun fondasi finansial yang kuat.
Ingat, perencanaan keuangan pribadi bukan hanya untuk “orang kaya” atau “nanti saja saat penghasilan lebih besar”, tapi untuk siapa saja yang ingin hidup lebih aman dan nyaman di masa depan.
Jangan menunggu sampai terlilit utang atau terkena musibah baru sadar pentingnya mengatur keuangan. Mulailah dari langkah kecil, lakukan dengan konsisten, dan terus tingkatkan literasi finansialmu.
Bersama NgaturDuit, #BijakNgaturDuit bukan lagi mimpi, tapi jadi gaya hidup!