Paylater: Solusi Cepat yang Bikin Kantong Cepat Sekarat?

Table of Contents
Paylater/Sumber: Pexels: Ivan Samkov
Table of Contents

Belanja tinggal klik, bayar belakangan. Kedengarannya praktis, kan? Apalagi kalau lagi tanggal tua tapi kebutuhan nggak bisa ditunda. Di situlah Paylater sering jadi penyelamat.

Tapi, FinPals, pernah gak kamu ngerasa makin sulit menabung gara-gara tagihan Pay Later numpuk tiap bulan?

Yuk, kita bahas lebih dalam soal Pay Later: mulai dari pengertiannya, dampaknya buat keuangan, sampai tips biar kamu nggak terjebak dalam lingkaran utang.

 

Apa Itu Paylater?

Secara sederhana, Paylater adalah layanan keuangan yang memungkinkan kamu untuk membeli barang atau jasa sekarang dan membayarnya nanti, baik dalam jangka pendek (sekali bayar) atau jangka panjang (cicilan beberapa bulan).

Layanan ini biasanya ditawarkan oleh aplikasi e-commerce, transportasi, hingga dompet digital. Beberapa nama populer seperti GopayLater, Shopee Paylater, Traveloka Paylater, dan lain-lain pasti sudah nggak asing buat kamu.

Konsepnya mirip kartu kredit, tapi lebih mudah diakses karena:

  • Tanpa perlu kartu fisik
  • Proses pengajuan cepat
  • Syarat minimal (seringkali cukup KTP & akun aktif)

 

Dampak Penggunaan Paylater

Kalau digunakan dengan bijak, Paylater memang bisa bantu mengatur arus kas jangka pendek. Tapi di sisi lain, penggunaan yang berlebihan bisa menimbulkan dampak seperti:

1. Kebiasaan Menunda Pembayaran

Karena tidak bayar di awal, orang jadi lebih mudah tergoda untuk belanja tanpa pertimbangan matang. Lama-lama, ini bisa jadi kebiasaan konsumtif.

2. Mengaburkan Kondisi Keuangan

Seringkali pengguna lupa jumlah total utang yang dimiliki. Akhirnya, keuangan pribadi jadi sulit dipetakan karena banyak utang kecil dari berbagai platform.

3. Bunga dan Denda

Beberapa layanan Paylater memang memberikan tenor 30 hari tanpa bunga, tapi kalau kamu telat bayar, dendanya bisa sangat tinggi. Bahkan, bunga cicilan bisa mencapai 2,5–5% per bulan (setara 30–60% per tahun!).

4. Menurunkan Skor Kredit

Jika kamu gagal bayar, data keterlambatan bisa masuk Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK OJK), yang nantinya akan memengaruhi kemampuanmu mengakses kredit dari bank.

 

Kerugian Menggunakan Paylater

Dampak Paylater/Sumber: Pexels/

Meskipun kelihatannya ringan, Paylater bisa bikin dompet “kebobolan” kalau nggak dikelola dengan hati-hati. Berikut beberapa kerugiannya:

  • Mendorong impulsive buying: karena merasa “nggak keluar uang sekarang”, kamu jadi lebih gampang checkout barang yang sebenarnya nggak urgent.
  • Beban bulanan bertambah: makin banyak cicilan Paylater, makin kecil ruang untuk tabungan atau investasi.
  • Gagal mengembangkan mindset hidup sesuai kemampuan: alih-alih menyesuaikan gaya hidup dengan penghasilan, kamu jadi menggantungkan diri pada fasilitas utang.
  • Rentan terhadap snowball debt: jika kamu punya lebih dari satu Paylater aktif, utang bisa menumpuk dan jadi sulit dilunasi secara bersamaan.

 

Tips Menghindari Jeratan Paylater

Supaya keuanganmu tetap sehat dan terkendali, coba ikuti beberapa tips ini:

1. Tanya Diri Sendiri: “Butuh atau Ingin?”

Sebelum klik “Bayar dengan Paylater”, coba tarik napas dan tanya: barang ini benar-benar dibutuhkan sekarang, atau cuma keinginan sesaat?

2. Jangan Jadikan Paylater Sebagai Dana Darurat

Kalau lagi kepepet, lebih baik pakai dana darurat atau tabungan, bukan Paylater. Ingat, utang bukan solusi jangka panjang.

3. Gunakan Budgeting Tools

Bikin alokasi anggaran khusus untuk belanja, dan disiplin untuk nggak pakai Paylater kalau dananya nggak tersedia.

4. Matikan Fitur Paylater Sementara

Beberapa aplikasi memungkinkan kamu menonaktifkan fitur Paylater. Kalau kamu merasa sulit menahan diri, lebih baik dimatikan saja dulu.

5. Fokus Lunasi yang Ada

Kalau sudah terlanjur pakai Paylater di beberapa tempat, fokus untuk melunasi satu per satu. Prioritaskan yang bunga atau dendanya paling tinggi.

 

Faktanya

Menurut survei Katadata Insight Center (2024), hampir 50% pengguna Paylater di Indonesia adalah generasi milenial dan Gen Z.
Mayoritas menggunakannya untuk pembelian elektronik, fashion, hingga makanan.

Data ini menunjukkan bahwa Paylater bukan sekadar tren, tapi sudah jadi kebiasaan baru—yang bisa positif atau negatif tergantung bagaimana kamu menggunakannya.

 

Jadi Intinya…

Paylater memang praktis, tapi jangan sampai kenyamanan sesaat bikin kamu jatuh dalam jebakan utang jangka panjang. Ingat, kebebasan finansial datang dari hidup sesuai kemampuan, bukan dari kemampuan berutang.

Kalau kamu ingin hidup lebih terkontrol dan tenang, yuk mulai bijak memilih cara belanja dan berani bilang “nggak dulu” kalau memang belum siap.

Karena #BijakNgaturDuit itu bukan soal nggak boleh pakai Paylater, tapi tahu kapan dan bagaimana menggunakannya dengan benar.