7 Risiko Investasi Pasar Modal yang Wajib Kamu Tahu

Table of Contents
Risiko Investasi Pasar Modal
Table of Contents

Pernah denger cerita orang yang nekat masuk saham karena FOMO dan akhirnya nyangkut bertahun-tahun? Atau yang rugi karena ikut-ikutan beli saham gorengan? Investasi di pasar modal memang bisa kasih cuan besar, tapi juga bisa bikin kantong bolong kalau nggak tahu risikonya. Yuk, kita kulik bareng sisi-sisi gelap dari investasi di pasar modal biar nggak salah langkah.

Buat kamu yang masih bingung mulai dari mana mengelola uang dan investasi, bisa juga cek artikel Dampak UMP terhadap Keuangan dan Cara Mengelolanya di ngaturduit.id. Ada banyak insight soal pengaturan keuangan harian sebelum nyemplung ke dunia investasi.

  1. Harga Bisa Goyang Kapan Aja

Pasar saham itu labil, kadang naik tinggi kayak roket, kadang anjlok tanpa aba-aba. Ini yang disebut risiko fluktuasi harga. Contohnya, IHSG pernah jatuh 36% selama Maret 2020 akibat pandemi COVID-19. Jadi, jangan kaget kalau nilai portofoliomu bisa berubah drastis hanya dalam hitungan hari.

  1. Risiko Emiten: Perusahaan Bisa Bangkrut

Beli saham artinya kamu ikut memiliki sebagian perusahaan. Tapi, kalau perusahaannya bermasalah—entah manajemennya kacau, bisnisnya rugi terus, atau bahkan bangkrut—harga sahamnya bisa anjlok parah. Contohnya kasus PT Garuda Indonesia yang nyaris pailit karena beban utang besar.

  1. Saham Gorengan: Untung Cepat atau Malapetaka?

Pernah dengar istilah saham gorengan? Ini saham yang harganya sengaja digoreng biar terlihat menarik. Tapi sering kali nggak ada fundamental kuat di baliknya. Begitu bandar cabut, harga langsung jeblok. Risiko investasi saham jenis ini tinggi banget, dan banyak korban berjatuhan karena tergoda cuan cepat.

  1. Risiko Likuiditas: Susah Jual, Duit Ketahan

Beberapa saham di pasar modal punya volume transaksi kecil. Artinya, saat kamu mau jual, bisa jadi nggak ada pembeli. Ini disebut risiko likuiditas. Saham-saham lapis tiga atau penny stocks biasanya lebih rawan terkena masalah ini. Jadi, pastikan saham incaranmu cukup aktif diperdagangkan.

  1. Terjebak Emosi: Panik Bikin Rugi

Pasar modal bukan cuma soal angka, tapi juga soal mental. Banyak investor pemula yang panik saat harga turun dan buru-buru jual rugi. Atau sebaliknya, serakah saat harga naik dan nggak sempat ambil untung. Ini bagian dari risiko psikologis yang sering disepelekan. Makanya penting banget kenali profil risiko investasi kamu sebelum terjun.

  1. Risiko Margin Trading: Utang yang Bisa Jadi Bumerang

Beberapa investor tergoda menggunakan fasilitas margin trading—alias pinjam uang dari sekuritas buat beli saham lebih banyak. Masalahnya, kalau harga saham turun, kamu tetap wajib balikin utang, lengkap sama bunganya. Ini bisa bikin kerugian makin dalam. Jadi, hati-hati kalau mau coba strategi ini. Margin trading bukan buat semua orang.

  1. Risiko Sistemik: Kalau Ekonomi Ambyar

Kadang masalah bukan dari perusahaan atau investor, tapi dari kondisi ekonomi makro. Misalnya krisis finansial, kebijakan pemerintah yang mendadak, atau resesi global. Ini disebut risiko sistemik. Saat ini terjadi, semua sektor bisa kena imbasnya. Contohnya saat suku bunga AS naik tajam, dana asing keluar dari pasar saham Indonesia.

 

Cara Aman Menjinakkan Risiko

Tenang, semua risiko bisa dikelola kalau kamu tahu caranya. Mulai dari diversifikasi portofolio, investasi bertahap (dollar-cost averaging), sampai disiplin dengan tujuan keuangan. Dan yang paling penting: jangan investasi pakai uang panas. Edukasi juga penting. Banyak sumber belajar gratis di idx.co.id, youtube BEI, atau komunitas saham terpercaya.

 

Investasi di pasar modal bisa kasih banyak peluang, tapi juga penuh jebakan kalau kamu asal nyemplung. Kenali dulu risiko investasi yang mungkin kamu hadapi dan siapkan strategi untuk menghadapinya. Dengan begitu, kamu bisa investasi lebih tenang dan terarah. Jangan cuma cari untung cepat, tapi pikirkan juga perlindungan jangka panjang. Selamat berinvestasi dengan kepala dingin!